Friday, January 14, 2011

Kisah Muhammad bin Muslim az-Zuhri Rah.a (Tabi'in)

Ahli Multi Ilmu

“Aku tidak menduga bahwa ada orang yang menguasai ilmu seperti Ibnu Syihab.” (Rabiah ar-Ra’yi Rah.a)

Diantara keagungan dan wujud Maha kuasa Allah adalah menjadikan Imam ini keturunan dari orang-orang yang paling banyak memusuhi Nabi SAW. Namun, Allah-lah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Allah Maha kuasa menciptakan laki-laki ini: Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri al-Quraisy. Ia lahir dikota Syam. Dalam lembaran sejarah, ia dikenal dengan nama Imam az-Zuhri.

Ia dikaruniai usia panjang. Muhammad az-Zuhri sempat bertemu dengan sebagian shahabat Nabi SAW, bertemu dengan 10 shahabat dan mengambil ilmu dari mereka. Ia meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Sahl bin Sa’ad, Saib bin Yazid dan beberapa sahabat lainnya.

Muhammad az-Zuhri sangat mencintai ilmu. Ia bersedia melakukan perjalanan panjang untuk menuntut ilmu. Begitu cintanya pada ilmu sehingga dengan bangga ia berkata:
“Tidaklah kesabaran seseorang terhadap ilmu seperti kesabaranku. Tidak juga mereka menyebarkannya seperti diriku.”

Jika ia masuk ke rumah, ia langsung bergelut dengan buku sehingga melupakan hal-hal lain. Ketika istrinya masuk. Muhammad az-Zuhri selalu bersama bukunya. Sang istri sampai cemburu. Tapi, wajarkah seseorang cemburu terhadap buku. Cemburu pada buku yang telah menyita waktu suaminya? Sang istri pernah berdiri disampingnya seraya berkata:
“Demi Allah, kecemburuanku pada buku-buku ini lebih besar daripada tiga wanita?”

Beginilah Muhammad az-Zuhri menghabiskan waktunya. Untuk itu, ia selalu mendampingi para ulama. Ia pernah berkata,”Hewan tungganganku berjalan mengiringi Said bin Musayyib selama delapan tahun.”

Lihat juga keseriusan Muhammad az-Zuhri terhadap ilmu ketika dia menyertai Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, salah seorang ahli fiqih Madinah. Muhammad az-Zuhri melayaninya layaknya seorang pembantu melayani tuannya. Ketika pembantu sebenarnya Ubaidillah pergi, Muhammad az-Zuhri datang mengetuk pintu.

“Siapa didepan pintu,” tanya Ubaidillah.
Budak Ubaidillah menjawab,” Pelayanmu!”

Ubaidillah mengira pembantunya. Padahal, dia adalah Muhammad az-Zuhri.

Karena itu, tak heran kalau Muhammad az-Zuhri banyak mengumpulkan beragama ilmu. Pantaslah Laits bin Sa’ad memberikan pujian, “Aku tidak mengetahui ada orang alim yang mengumpulkan banyak ilmu daripada Ibnu Syihab.”

Suatu ketika, Muhammad az-Zuhri pergi ke Madinah. Disana ia bertemu dengan Rabiah ar-Ra’yi. Keduanya pun masuk ke kantor hingga waktu ashar. Muhammad az-Zuhri berkata,”Aku tidak menyangka bahwa di Madinah ada orang sepertimu.”

Rabiah ar-Ra’yi keluar seraya berkata,”Aku tidak menduga bahwa ada orang yang menguasai ilmu seperti Ibnu Syihab.”Maksudnya, Muhammad az-Zuhri.

Ia juga mendapat pujian dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz,”Bagi kalian Ibnu Syihab, Sungguh kalian tak akan menemukan seseorang yang lebih mengetahui Sunnah terdahulu darinya.”

Imam az-Zuhri juga dikaruniai Allah dengan kekuatan menghafal dan mengingat. Ia sangat bersyukur dengan karunia ini. “Tidak ada sesuatu pun yang diterima hatiku yang kulupakan.” Ia juga berkata,”Aku tidak pernah ragu terhadap hafalan hadisku kecuali satu hadis. Aku pun menanyakan pada salah seorang sahabatku. Ternyata persis seperti yang kuhafal.”

Muhammad az-Zuhri tak hanya mengantungi banyak ilmu, tapi juga mengamalkannya. Suatu ketika Muhammad bin al-Munkadir melihatnya lalu berkata,” Aku melihat diantara dua mata az-Zuhri ada tanda bekas sujud.” Ini menunjukan banyaknya ibadah sang imam.

Perhatikan juga kedalaman ilmu fiqihnya. Dia berbuka pada puasa Ramadhan ketika musafir. Namun saat hari Asyura’ ketika safar, dia justru berpuasa. Saat ditanya mengapa dia berbuka dan kadang berpuasa ketika musafir, ia menjawab,”Sesungguhnya puasa hari-hari ramadhan bisa diganti dengan hari lain. Sedangkan hari Asyura’ tidak.”

Betapa indah ibadah ahli ilmu. Betapa indah ibadah para ulama. Betapa banyak orang alim ketika membaca Al-Qur’an mendapatkan kenikmatan yang tak didapat prang selain mereka. Dengan membaca Al-Qur’an, mereka mengetahui perintahNya dan memahami yang halal dan haram.

Ketika salah seorang saudaranya ditanya, apakah az-Zuhri menggunakan minyak wangi, saudaranya menjawab,”Aku mencium minyak wangi dari langkah hewan kendaraan az-Zuhri.”

Bukanlah termasuk zuhud seseorang yang menolak perhiasan dunia. Zuhud adalah memakan yang halal tanpa berlebihan. Siapa yang makan yang baik dan melaksanakan HakNya dan mengambil dari dunia sekadar yang ia butuhkan, itulah zuhud sebenarnya.

Muhammad az-Zuhri biasa bergaul dengan para penguasa. Karenanya, para khalifah Bani Umayyah banyak yang memuliakannya. Suatu saat ia berada disuatu kaum yang mengeluh,”Kami mempunyai 18 wanita yang sudah lanjut usia. Mereka tak mempunyai pelayan.”

Imam az-Zuhri segera memberikan 10000 dirham, dan menyiapkan 1000 dirham untuk pelayan mereka.

Raja’ bin Haywah pernah menasehatinya tentang kedekatannya dengan para penguasa Bani Umayyah,”Tidaklah engkau aman dari tangan-tangan mereka (maksudnya para penguasa Bani Umayyah).”

Imam az-Zuhri berjanji untuk mengurangi kedekatannya. Ketika suatu saat, Raja’ menemuinya, az-Zuhri sudah meletakan makanan dan meninggalkan manisan mereka. Raja’ berkata,”Wahai Abu Bakar, ini yang kami bedakan.” Lalu az-Zuhri berkata,”Sesungguhnya, kedermawanan itu tidak bisa dengan coba-coba.”

Ahmad bin Hanbal berkata,”az-Zuhri orang yang terbaik dalam hal hadis dan terbaik dalam hal isnad.”

Walaupun dekat dengan penguasa, hal itu tidak membuat imam az-Zuhri mengekor. Ia tetap tegas menolak hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Suatu ketika, Sulaiman bin Yasar menemui Hisyan bin Abdul Malik.”Wahai Sulaiman!Siapa yang memanggul dosa besar dari golongan mereka?(maksudnya dari lawan Aisyah?)” tanya Hisyam. “Abdullah bin ubay bin Salul,”jawab Sulaiman.

“Engkau berbohong!Tapi Ali bin Abi Thalib.”
“Amirul Mukminin lebih mengetahui apa yang ia katakan,”jawab Sulaiman.

Ketika Imam az-Zuhri menemui Hisyam, ia ditanya dengan pertanyaan serupa.”Abdullah bin Ubay bin Salul,” jawab az-Zuhri.

“Engkau bohong!Tapi Ali bin Abi Thalib,”ujar Hisyam.

“Tidak. Seandainya ada seruan dari langit yang mengatakan bahwa Allah menghalalkan berbohong, aku tetap tidak mau berbohong. Dari Urqah bin Zubair, Said bin Musayyab, dan Ubaidillah bin Abdullah dari Aisyah bahwa orang yang memanggul dosa dari lawannnya adalah Abdullah bin Ubay bi Salul.”

Demikianlah. Imam az-Zuhri tetap pada pendiriannya. Ia wafat dalam usia 72 tahun. Ia meninggal pada malam selasa, 17 Ramadhan tahun 124 Hijriyah.

Sumber : 101 Kisah Tabi'in