Saturday, June 26, 2010

Kisah Bocah Dalam Gendongan Yang Berbicara Memohon Kepada Allah Agar Tidak Menjadikannya Seperti Orang Yang Sombong

Rasulullah menyatakan bahwa ada tiga bayi yang bisa berbicara sepanjang sejarah manusia. Yang pertama adalah Isa ‘Alayhi Salam. Kisahnya disebutkan dalam Al-Qur'an. Yang kedua adalah bayi Juraij dan kisahnya akan dijelaskan kemudian, dan yang ketiga adalah bayi yang menyelisihi harapan ibunya.


NASH HADIS

Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda, "Di kalangan Bani Israil terdapat seorang wanita yang menyusui putranya. Lalu seorang laki-laki berkendara dan berpenampilan menawan melewatinya. Wanita itu berkata, 'Ya Allah,
jadikanlah anakku seperti orang ini.' Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, 'Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya.' Kemudian dia meneruskan mengisap susunya." Abu Hurairah berkata,"Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya."

Selanjutnya seorang hamba wanita melewatinya. Ibu berkata, "Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya." Anak itu meninggalkan susunya dan berkata, "Ya Allah, jadikan aku sepertinya." Wanita itu bertanya, "Mengapa begitu?" Dia menjawab, "Pengendara itu adalah salah seorang yang sombong, sementara hamba sahaya wanita itu dituduh berzina dan mencuri, padahal dia tidak melakukannya."

Nash hadis dalam riwayat Muslim, "Manakala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraan yang mewah. Ibunya berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.' Lalu anaknya meninggalkan puting susu ibunya, memandang laki-laki pengendara itu dan berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya.' Kemudian dia kembali kepada susunya dan meneruskan menyusu." Abu Hurairah berkata, "Seolah-olah aku melihat Rasulullah sementara beliau menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari telunjuknya dimulutnya, maka beliau mengisapnya." Nabi bersabda, "Lalu mereka melewati seorang hamba sahaya yang dipukuli oleh orang-orang. Mereka berkata kepadanya, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Sementara hamba sahaya itu menjawab, 'Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.' Ibu itu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.' Lalu si anak meninggalkan susunya dan melihat kepada hamba sahaya itu dan berkata, 'Ya Allah, jadikan aku seperti dia."

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Ibunya berkata, "Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang laki-laki dengan penampilan menarik dan aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku sepertinya,' tapi kamu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan diriku sepertinya.' Lalu lewatlah seorang hamba sahaya wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Lalu aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.' Dan kamu berkata, 'Ya Allah, jadikan diriku seperti dia." Anaknya menjawab, "Laki-laki itu adalah laki-laki yang sombong, maka aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya'. Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh berzina dan mencuri, sebenarnya dia tidak berzina dan mencuri. Maka aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya."

TAKHRIJ HADIS

Takhrij hadis akan dijelaskan dalam kisah Juraij. Kedua kisah tertuang dalam satu hadis.

PENJELASAN HADIS

Dalam hadis ini Rasulullah menyampaikan tentang tiga orang yang bisa berbicara semasa dalam buaian. Isa adalah yang pertama. Bayi Juraij adalah yang kedua, dan yang ketiga adalah bocah yang menyusu ibunya sambil duduk di persimpangan jalan. Dalam kondisi itu datanglah seorang pengendara dengan penampilan yang sangat bagus.Pakaiandankendaraanyang ditungganginya menunjukkan bahwa dia adalah pemilik nikmat dan kekayaan. Dari penampilannya pula menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang muda, kuat, lagi sehat. Wanita ini mengaguminya, dan dia memohon kepada Allah supaya menjadikan anaknya seperti laki-laki itu. Anaknya meninggalkan susu ibunya dan berkata, "Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya."Setelah itu dia meneruskan menyusu pada ibunya.

Rasulullah menceritakan kepada kita bagaimana anak itu menyusu. Beliau meletakkan jarinya yang mulia di mulutnya dan menghisapnya. Ini menunjukkan bahwa menyusunya bocah itu adalah menyusu yang sebenarnya dan Rasulullah tidak bermaksud pada arti yang majazi(kiasan).

Tidak lama berselang, sekelompok orang melewati wanita itu. Mereka menyeret dan memukuli seorang hamba sahaya. Mereka berkata kepadanya, "Kamu telah berzina dan mencuri." Dan si hamba sahaya menjawab,"Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung." Maka wanita itu berdoa agar anaknya tidak seperti hamba sahaya tersebut. Bayi itu langsung meninggalkan susunya dan berdoa supaya dijadikan seperti dia.

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan anaknya. Ibu itu bertanya kepada bayinya mengapa dia berdoa yang menyelisihi doanya. Maka si bayi itu memberitahu bahwa laki-laki berpenampilan menarik itu adalah seorang kafir yang durhaka lagi sombong. Adapun
hamba sahaya, dia adalah seorang wanita shalihah yang mereka tuduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  1. Manusia terkadang meminta sesuatu yang justru merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak menyadari bahwa itu berarti mencelakakan anaknya. Wanita itu memohon agar anaknya tidak seperti wanita shalihah tersebut, padahal kebaikan menuntut seperti wanita itu dalam keshalihaan dan ketaqwaannya, walaupun dia dituduh telah melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.
  2. Hendaknya para dai menggunakan sarana pembelajaran untuk menjelaskan, menerangkan dan memantapkan ilmu di dalam jiwa sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini banyak ditemukan di dalam hadis-hadis yang mulia. Rasulullah telah menjelaskan firman Allah, "Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya." (QS. Al-An'am: 153). Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, "Inilah jalan yang lurus." Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan kirinya dan berkata,"Inilah jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru."
  3. Allah menjadikan, di setiap zaman, ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai yang dicintai oleh Allah dan nilai-nilai yang dibenci oleh Allah; di antaranya adalah ucapan bayi ini, ketidakrelaannya terhadap keadaan laki-laki yang sombong tersebut, dan kerelaannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba sahaya wanita itu.
Sumber:
Takhrij hadis akan dijelaskan dalam kisah Juraij. Kedua kisah tertuang dalam satu hadis.

Monday, June 21, 2010

Keajaiban yang aku lihat sendiri 3



Subhanallah...Lagi-lagi tanda-tanda kebesaran Allah diperlihatkan kepadaku berupa awan yang berbentuk lafadz Allah tepat di depan kamar kostku....gambar ini saya ambil dengan Nokia 6300 kemarin sore pada pukul 3:30 sore...Allahuakbar

Saturday, June 19, 2010

Kisah Wafatnya Nabiyullah Dawud ‘Alayhi Salam


Hadis ini berkisah tentang wafatnya hamba shalih dan Nabi terpilih, Dawud ‘Alayhi Salam, juga seorang raja agung dan pemimpin yang ditaati. Malaikat maut masuk ke rumahnya tanpa izinnya, dia menunggu Dawud yang pulang dari bepergiannya. Dia mencabut nyawanya tanpa didahului penyakit yang menimpanya, tanpa musibah yang turun kepadanya. Ini mengandung koreksi terhadap berita tentangnya dalam Taurat dan pembebasan untuknya dari klaim para penulis Taurat bahwa orang-orang dekat Dawud membawa gadis cantik pada waktu Dawud sakit lalu wanita itu tidur di pangkuannya untuk memperoleh kehangatan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Nabi Dawud memiliki kecemburuan yang besar. Jika dia pergi pintu-pintu rumahnya dikunci. Tidak seorang pun yang datang kepada keluarganya sampai dia pulang.

Suatu hari dia keluar dan rumahnya dikunci. Maka datanglah istrinya untuk meneliti rumah, ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah rumah. Dia berkata kepada orang-orang yang ada di rumah, "Dari mana orang ini masuk, ke dalam rumah padahal ia terkunci? Demi Allah, kamu akan ditangkap oleh Dawud."

Dawud pulang sementara laki-laki itu tetap berdiri di tengah rumah. Dawud bertanya, "Siapa kamu?" Orang itu menjawab, "Aku adalah orang yang tidak takut kepada raja, tidak ada sesuatu pun yang menolak aku." Dawud berkata, "Demi Allah, kamu adalah Malaikat maut.

Selamat datang kepada perintah Allah." Maka Dawud berlari kecil di tempat nyawanya dicabut. Ketika urusan Dawud telah selesai, matahari pun terbit.

Sulaiman berkata kepada burung, "Naungilah Dawud." Maka ia menaunginya sehingga bumi menjadi gelap bagi keduanya. Sulaiman berkata kepadanya, "Tariklah sayapmu satu per satu." Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah menunjukkan bagaimana burung itu melakukannya. Dan Rasul Allah (Dawud) diambil, sementara pada hari itu yang lebih dominan memberi naungan adalah elang yang bersayap lebar."

TAKHRIJ HADIS
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419), disebutkan oleh Haitsami dalam Majma'uz Zawaid (8/207), kemudian dia berkata tentang takhrij-nya, "Diriwayatkan oleh Ahmad, dalam Sanad-nya terdapat Al-Muthallib bin Abdullah bin Hanthab. Dia dinyatakan tsiqah oleh Abu Zur'ah dan lainnya, dan sisa rawinya adalah rawi hadis shahih."

PENJELASAN HADIS
Hadis ini berkisah tentang kisah wafatnya Nabiyullah Dawud. Rasulullah telah memberitakan bahwa Dawud wafat dalam keadaan sangat sehat wal ‘afiat tidak sebagaimana yang diklaim oleh para peletak Taurat. Dalam Safar Muluk disebutkan bahwa di akhir usianya Dawud menjadi tua renta. Ia hanya bisa terbaring dan kehilangan kekuatannya. Orang-orang di sekelilingnya menyelimutinya dengan kain, tetapi dia tetap kedinginan. Lalu mereka menghadirkan seorang wanita cantik Dawud tidur dalam pelukannya supaya Dawud merasa hangat. Dan para penulis Taurat menyebutkan wasiat-wasiat Dawud kepada anaknya, Sulaiman, sementara dia dalam keadaan hampir mati.

Hadis ini mengoreksi berita wafatnya Dawud yang mereka sebutkan di dalam kitab mereka. Sebelum wafat, Dawud tidak sakit. Dia tidak memerlukan seorang wanita cantik untuk mendapatkan kehangatan. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang yang menyelewengkan Taurat begitu semangat mengotori dan menodai sejarah hidup para Nabi. Sulaiman, menurut mereka, adalah tukang sihir penyembah berhala. Luth, menurut mereka, berbuat mesum dengan kedua anak perempuannya. Dan Dawud menurut mereka hanya memperoleh kehangatan dari seorang wanita muda cantik yang tidur di dalam pelukannya sewaktu dia sedang sakit, seolah-olah tidak ada caralah melawan kedinginan bagi raja agung ini kecuali cara itu.

Dawud tidak tua, tidak kehilangan kekuatannya dan tidak sakit. Pada hari itu Dawud meninggalkan rumahnya sebagaimana yang dia lakukan setiap hari. Dawud pemilik kecemburuan yang tinggi. Oleh karena itu, pintu-pintu rumahnya selalu dikunci setelah dia pergi. Maka tidak seorang pun yang masuk rumahnya setelah kepergiannya. Ketika Dawud pergi pada hari itu, istrinya melihat dan memeriksa keadaan rumahnya. Istri Dawud melihat seorang laki-laki yang berdiri tegak di tengah rumah. Istri Dawud terheran-heran, bagaimana orang ini masuk, padahal rumahnya terkunci dengan rapat. Istri Dawud bertanya kepada penghuni rumah dan pelayannya bagaimana orang ini bisa masuk ke rumah. Dia takut terhadap kemarahan Dawud jika dia memergoki ada seorang laki-laki di rumahnya.

Dawud pulang tidak lama setelah itu, sementara laki-laki itu tetap ada dalam keadaannya semula tanpa rasa khawatir dan rasa takut. Biasanya orang-orang akan takut jika bertemu dengan raja, lebih-lebih untuk memasuki rumah mereka, siapa yang berani?

Dawud bertanya kepada laki-laki itu tentang dirinya. Dia menyebutkan jati dirinya yang langsung dikenali oleh Dawud. Dia berkata, "Aku adalah orang yang tidak takut pada raja, tidak ada yang menghalangiku." Maka Dawud mengenal cirinya. Dawud berkata, "Jadi kamu – demi Allah – adalah Malaikat maut. Selamat datang keputusan Allah." Lalu Dawud diambil nyawanya, dia pun wafat.

Nabi menyampaikan bahwa ketika Dawud telah dimandikan, dikafani dan disiapkan, matahari pun menyinarinya. Sulaiman memerintahkan burung agar memayungi dengan sayapnya, maka jenazah Dawud terpayungi, begitu pula para pengantarnya, sehingga matahari tidak berhasil menyusupkan sinarnya kepada para pengantar. Akibatnya, bumi menjadi gelap. Pada saat itu Sulaiman memerintahkan agar burung menarik sayapnya. Dan Rasulullah menunjukkan dengan kedua tangannya bagaimana burung-burung itu menarik sayap-sayapnya. Beliau juga memberitakan bagaimana burung elang dengan yang sayap lebar, yang diberi nama oleh Rasulullah dengan Madhrahiyah, mengungguli burung-burung lain saat memayungi Dawud pada hari itu.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  1. Hadis ini mengoreksi berita-berita yang disebutkan oleh para ahli sejarah Bani Israil tentang wafatnya Dawud. Hadis ini membebaskan Dawud dari tuduhan para penyeleweng Taurat. Di antaranya adalah bahwa Dawud sakit sebelum meninggal dan bahwa orang-orang di sekelilingnya membawakan seorang gadis muda untuk tidur di pelukannya untuk memberinya kehangatan.
  2. Malaikat mampu menjelma dalam bentuk manusia. Malaikat maut menjelma dalam bentuk seorang laki-laki yang bisa dilihat oleh Dawud dan istrinya.
  3. Mengenal akhlak mulia yang dimiliki Dawud, yaitu kecemburuan kepada keluarga.
  4. Keutamaan Sulaiman dalam menundukkan burung dan memerintahkannya agar memayungi Dawud dan para pengantarnya di hari yang panas itu sampai dia dikubur.
Sumber:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419), disebutkan oleh Haitsami dalam Majma'uz Zawaid (8/207), kemudian dia berkata tentang takhrij-nya, "Diriwayatkan oleh Ahmad, dalam Sanad-nya terdapat Al-Muthallib bin Abdullah bin Hanthab. Dia dinyatakan tsiqah oleh Abu Zur'ah dan lainnya, dan sisa rawinya adalah rawi hadis shahih."

Thursday, June 17, 2010

Kisah Umair bin Sa'ad R.a (Seorang Gubernur yang Zuhud lagi Wara')

Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu mengutus Umair bin Sa'ad radhiallahu ‘anhu untuk menjadi gubernur Himsha. Namun setelah memerintah selama satu tahun Umar tidak pernah mendapat kabar darinya sedikit pun. Lalu Umar meminta kepada sekretarisnya, "Tulislah surat untuk Umair, demi Allah dia telah mengkhianati kita."

Surat itu berbunyi, "Jika engkau telah menerima suratku ini maka segeralah menghadap membawa pajak kaum muslimin, langsung setelah engkau melihat surat ini."

Umair bergegas mengambil kantong kulitnya. Ia memasukkan bekal perjalanannya dan tempat makannya. Kemudian menggantungkan peralatan-peralatan tersebut pada bahunya, juga membawa tongkat besi. Ia berjalan kaki dari Himsha menuju Madinah.
Diriwayatkan bahwa saat tiba di Madinah beliau kelihatan pucat wajahnya, lusuh dengan rambut panjang. Kemudian beliau menghadap Umar seraya mengucapkan salam, "Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh wahai Amirul Mukminin."

Umar bertanya, "Bagaimana kabarmu?" Umair menjawab, "Sebagaimana yang anda lihat! Bukankah badanku sehat, darahku suci, aku membawa kebaikan isi dunia!"

Umar bertanya, "Apa yang kau bawa?" (Umar radhiallahu ‘anhu mengira ia telah membawa harta pajak). Umair menjawab, "Aku membawa kantong kulit, tas tempat aku menaruh bekal perjalananku; mangkuk besar yang aku gunakan untuk makan atau aku jadikan sebagai tempat air ketika aku mandi dan mencuci pakaian, ember tempat aku membawa air wudhu dan air minumku, tongkat yang aku gunakan untuk bersandar atau melawan musuh jika sewaktu-waktu bertemu. Demi Allah sesungguhnya tiada barang dunia kecuali telah aku bawa bersama bawaanku."

Umar bertanya, "Kamu datang kemari dengan berjalan kaki?" Umair menjawab, "Betul."
Umar bertanya, "Apakah tidak ada orang yang memberi kendaraan kepadamu untuk engkau tunggangi?" Umair menjawab, "Mereka tidak memberi karena aku tidak meminta mereka untuk itu." Umar berkomentar, "Mereka adalah seburuk-buruknya orang Islam." Umair berkata kepada Umar, "Bertawakallah kepada Allah wahai Umar, sesungguhya Allah melarangmu berghibah. Padahal aku senantiasa melihat mereka melaksanakan shalat Shubuh."

Umar berkata, "Lalu mana laporanmu? Dan apa yang telah engkau lakukan?" Umair menjawab, "Apa maksud pertanyaanmu wahai Amirul Mukminin?"
Umar mengucapkan, "Subhanallah!" Umair berkata, "Kalau bukan karena aku khawatir membuatmu susah hati aku tidak akan melaporkan kepadamu. Engkau mengutusku ke suatu wilayah sehingga setibanya aku di negeri itu aku mengumpulkan orang-orang shalih dari penduduk tersebut, aku memungut pajak dari mereka, sampai jika mereka telah mengumpulkannya, maka aku bagikan kepada yang berhak. Kalau engkau berhak menerima bagiannya pasti aku membawakan bagian itu untukmu."

Umar berkata, "Lalu engkau datang tidak membawa sesuatu?" Umair menjawab, “Tidak.”
Umar berkata, "Perpanjanglah masa tugas Umair." Umair berkata, "Sesungguhnya tugas ini tidak akan saya tunaikan untukmu juga pemimpin sesudahmu. Demi Allah, dengan jabatan tersebut aku tidak selamat juga tidak pernah akan selamat. Telah aku katakan kepada staffku, 'Allah telah merendahkan martabatmu wahai Umair, dengan jabatan itu,' apakah untuk hal demikian itu engkau tawarkan jabatan kepadaku lagi wahai Umar? Sesungguhnya hari-hariku yang paling tidak menguntungkan adalah saat aku menjadi wakilmu." Kemudian Umair minta pamit untuk pulang ke rumahnya, Umar pun mengizinkan.

Seorang perawi berkata, "Jarak antara Himsha dengan Madinah adalah beberapa mil. Ketika Umair pulang ke Himsha Umar berkata, 'Sepertinya Umair menghianati kami.' Kemudian Umar mengutus seorang ajudan yang sering dipanggil dengan nama al-Harits dan dibekali 100 dinar. Umar berpesan, 'Pergilah ke tempat Umair usahakan engkau menginap di rumahnya sebagai seorang tamu. Apabila engkau melihat bukti-bukti kekayaan, kembalilah! Namun jika kondisinya memprihatinkan berikanlah 100 dinar ini kepadanya.'

Kemudian al-Harits berangkat menuju Himsha. Setibanya di kediaman Umair, ia lihat Umair sedang duduk menenun jubahnya dengan disandarkan ke sisi dinding. Al-Harits mengucapkan salam kepadanya, lalu Umair berkata, 'Mampirlah kemari, semoga Allah mencurahkan kasih sayangNya kepadamu.' Benar lelaki tersebut mampir, Umair menyapa, 'Dari mana anda datang?' Ia menjawab, 'Dari Madinah.'

Umair berkata, 'Bagaimana kondisi Amirul Mukminin ketika kamu berangkat kemari?'
Ia menjawab, 'Baik-baik saja.'
Umair bertanya, 'Bagaimana pula kondisi umat Islam?' Ia menjawab, 'Mereka juga baik-baik saja.'

Umair bertanya, 'Bukankah beliau (Khalifah Umar) akan menegakkan hudud (hukuman)?' Ia menjawab, 'Benar. Beliau memukul anaknya yang melakukan pelanggaran, sehingga meninggal dunia karena kerasnya pukulan itu.'

Umair berkata, 'Ya Allah, tolonglah Umar. Sesungguhnya aku tidak mengenalnya kecuali ia seorang yang tegas (keras) karena kecintaanya kepadaMu.'

Diriwayatkan bahwa al-Harits tinggal di rumah Umair selama tiga hari. Keluarga ini tidak memiliki bahan makanan kecuali gandum sedikit, mereka sengaja menyisihkan untuk disuguhkan pada tamu. Sampai datang suatu hari mereka kelihatan sangat susah, ketika itu Umair berkata, 'Kamu tinggal di sini tapi kami tidak mampu melayani dengan baik, jika ingin berpindah dari sini silahkan.'

Kemudian al-Harits mengeluarkan uang dinar tersebut dan memberikan kepada Umair. Al-Harits berkata, 'Uang dinar ini diberikan Amirul Mukminin kepadamu, gunakanlah untuk memenuhi kebutuhanmu.' Seketika itu Umair berteriak sambil berkata, 'Saya tidak membutuhkan uang ini, kembalikan.'

Isteri Umair berkata, 'Kalau engkau membutuhkan ambillah, jika tidak maka berikan pada yang berhak.'

Umair berkata, 'Demi Allah aku tidak memiliki kepentingan dengan dinar itu.' Kemudian Isteri Umair merobek bagian bawah pakaiannya, lalu ia memberikan sobekan kain itu kepada suaminya. Uang itu dimasukkan Umair ke dalam kain sobek tersebut lalu keluar rumah untuk membagi-bagikannya kepada anak-anak para syuhada dan fakir miskin. Setelah selesai ia pulang ke rumah.

Ajudan Umar mengira dirinya akan mendapat bagian dinar itu sekalipun sedikit (ternyata tidak -pent). Umair berkata, 'Aku berkirim salam kepada Amirul Mukminin.'
Sekarang al-Harits kembali menghadap Umar. Ketika itu Umar bertanya, 'Apa yang kamu saksikan di sana?' Al-Harits menjawab, 'Wahai Amirul Mukminin, aku lihat kondisinya sangat memprihatinkan.'

Umar bertanya, 'Bagaimana dia menggunakan dinar tersebut?' Al-Harits menjawab, 'Aku tidak tahu.'

Lalu Umar menulis surat kepada Umair, 'Jika suratku ini datang kepadamu, janganlah engkau letakkan dari tanganmu kecuali engkau segera menghadap kepadaku.'

Umair pun datang menghadap Umar radhiallahu ‘anhu, setelah ia masuk ruangan, Umar bertanya, 'Apa yang engkau lakukan dengan uang dinar tersebut?' Ia menjawab, 'Terserah aku bagaimana memanfaatkannya, mengapa engkau menanyakan kegunaan uang dinar itu?'

Umar berkata, 'Aku mohon padamu, berikan laporan kepadaku tentang penggunaan uang dinar itu!' Umair menjawab, 'Aku pergunakan untuk diriku.'

Umar berkata, 'Semoga Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepadamu.' Kemudian Umar memerintahkan agar Umair dibekali tepung makanan dan dua helai pakaian. Umair berkata, 'Kalau berupa makanan, aku tidak membutuhkannya, karena aku telah meninggalkan dua sha’ gandum untuk kebutuhan keluargaku, makanan itu akan cukup sampai aku pulang lagi dan memakannya karena Allah senantiasa melimpahkan rizkiNya.' Umair tidak mengambil makanan yang ditawarkan tadi. Adapun mengenai dua helai pakaian, Umair berkata, 'Ummu fulan tidak memiliki pakaian,' lalu beliau mengambil keduanya kemudian pulang ke rumah (Himsha).

Tidak berselang lama, Umair meninggal dunia, semoga Allah mencurahkan rahmatNya. Berita wafatnya sampai ke Umar. Beliau merasa terpukul dan iba. Kemudian pada suatu hari beliau keluar dengan berjalan kaki bersama para sahabat menuju Baqi'ul Garqad. Umar berkata kepada para sahabat, 'Hendaknya setiap kalian mempunyai harapan (cita-cita).' Salah seorang di antara mereka berkata, 'Wahai Amirul Mukminin aku ingin sekiranya aku mempunyai harta maka harta itu akan aku gunakan untuk memerdekakan budak karena Allah Ta’ala sekian dan untuk anu sekian.'

Sahabat yang lain berkata, 'Wahai Amirul Mukminin aku ingin sekiranya mempunyai harta maka akan aku infakkan di jalan Allah.' Yang lain berkata, 'Sekiranya aku mempunyai kekuatan tentu aku akan membuka saluran air Zam-zam untuk jamaah haji Baitullah.'

Lalu Umar berkata, 'Kalau aku, ingin memiliki seseorang seperti Umair bin Sa'ad, aku meminta pertolongan kepadanya dalam urusan kaum Muslimin'." (Al-Hilyah, 1/247-250.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Kisah Samiri Pembuat Anak Sapi

Hadis di bawah ini mengandung tambahan dan perincian terkait dengan penyembahan Bani Israil terhadap anak lembu yang terbuat dari emas ciptaan Samiri dan apa yang dilakukan oleh Musa terhadap anak sapi tersebut, bagaimana dia menenggelamkannya di air dan bagaimana Bani Israil saling membunuh.

NASH HADIS
Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak dari Ali berkata, "Ketika Musa bersegera kepada Tuhannya, Samiri mengumpulkan perhiasan semampunya: perhiasan Bani Israil. Dia mencetaknya menjadi anak sapi, kemudian dia memasukkan segenggam (dari jejak rasul) ke dalam perutnya. Ternyata ia menjadi anak sapi yang bersuara. Maka Samiri berkata kepada mereka, 'Ini adalah Tuhan kalian dan Tuhan Musa.’ Harun berkata kepada mereka, ’Wahai kaum, bukankah Tuhan kalian telah memberi janji baik kepada kalian?’ Ketika Musa kembali kepada Bani Israil yang telah disesatkan oleh Samiri, Musa memegang kepala saudaranya, maka Harun berkata apa yang dikatakan Musa kepada Samiri, ’Apa yang membuatmu melakukan ini?’ Samiri menjawab, ’Aku mengambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku."

Lalu Musa mendatangi anak sapi itu. Dia meletakkan serutan dan menyerutnya di tepi sungai. Maka tidak seorang pun yang minum dari air itu yang menyembah anak sapi kecuali wajahnya menguning seperti emas. Mereka berkata kepada Musa, ’Bagaimana taubat kami?’ Musa menjawab, ’Sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain.’ Lalu mereka mengambil pisau. Maka mulailah seorang membunuh bapaknya dan saudaranya tanpa peduli, hingga yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu. Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, "Perintahkan mereka agar berhenti. Aku telah mengampuni yang terbunuh dan memaafkan yang hidup."

TAKHRIJ HADIS
Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak, 2/412, no. 3434; dalam Kitabut Tafsir (tafsir surat Thaha). Dia berkata tentangnya, "Hadis ini shahih di atas syarat Syaikhain dan keduanya tidak meriwayatkannya." Ini pun disetujui oleh Dzahabi.

PENJELASAN HADIS
Allah telah menyampaikan kepada kita bahwa Bani Israil menyembah sapi ketika Musa pergi bermunajat kepada Tuhannya pada waktu yang telah ditentukan, dan bahwa Musa pulang dalam keadaan sedih dan marah ketika Tuhannya menyampaikan kepadanya tentang apa menimpa pada kaumnya. Ketika Musa sampai kepada mereka, dia mencela mereka atas perbuatan mereka. Mereka beralasan di depan Musa bahwa mereka melemparkan perhiasan dan emas yang mereka ambil dari orang-orang Mesir. Lalu Samiri membuat anak sapi bagi mereka. Dia melemparkan kepadanya segenggam tanah dari jejak Jibril manakala dia datang untuk membinasakan Fir'aun dan kaumnya, maka Samiri mengeluarkan untuk mereka seekor anak sapi yang berjasad dan bersuara.

Musa meminta pertanggungjawaban kepada saudaranya, maka dia menyampaikan alasannya. Musa menuntut pertanggungjawaban dari Samiri atas dosa yang telah diperbuatnya. Allah telah menyampaikan kepada kita bahwa Musa membakar anak sapi itu, lalu menenggelamkannya di dalam air.Dia juga memberitakan bahwa Dia memerintahkan Bani Israil untuk saling membunuh disebabkan dosa menyembah anak sapi.

Hadis ini menjelaskan cara Musa menenggelamkan anak sapi tersebut. Musa memerintahkan agar ia diserut dengan serutan supaya Bani Israil bisa melihat betapa hinanya anak sapi ini, yang telah berubah menjadi seonggok debu dan dilempar di sungai yang ada di sisi mereka. Dan di antara keajaiban Allah adalah bahwa semua orang yang menyembah anak sapi, manakala mereka minum dari air sungai itu, wajah mereka menjadi kuning seperti warna emas.

Hadis ini menjelaskan bahwa orang-orang yang menyembah anak sapi saling bunuh sebagian dengan sebagian yang lain. Mereka mengambil pisau. Tidak peduli siapa yang dibunuhnya, apakah itu bapaknya, saudaranya, atau anaknya, hingga yang terbunuh mencapai tujuh puluh ribu orang. Lalu Allah mewahyukan kepada Musa agar menghentikan pembunuhan. Allah telah mengampuni orang yang terbunuh dan yang masih hidup.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  • Keterangan tentang cara Musa menenggelamkan anak sapi yang disembah oleh Bani Israil, yaitu diserut dengan serutan dan hasilnya yang seperti tepung itu ditebar ke sungai.
  • Keterangan tentang cara Bani Israil saling membunuh. Mereka yang saling membunuh itu adalah orang-orang yang menyembah sapi, bukan orang-orang yang tidak menyembahnya. Orang-orang yang menyembahnya memiliki tanda, yaitu berubahnya kulit wajah mereka menjadi warna kuning emas setelah mereka minum air sungai di mana serutan anak sapi dilempar di dalamnya.
  • Kemuliaan umat ini di hadapan Allah dengan diterimanya taubat mereka tanpa harus saling membunuh, kecuali dalam beberapa perkara, seperti merajam orang berzina yang terbukti zinanya dan membunuh orang murtad yang bersikeras mempertahankan kemurtadannya.
  • Banyaknya jumlah Bani Israil pada zaman Musa. Orang yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu orang.
Sumber:
Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak, 2/412, no. 3434; dalam Kitabut Tafsir (tafsir surat Thaha). Dia berkata tentangnya, "Hadis ini shahih di atas syarat Syaikhain dan keduanya tidak meriwayatkannya." Ini pun disetujui oleh Dzahabi.